CirebonRaya.co.id, CIREBON – Pasca ditolaknya Ustadz Abdul Somad (UAS) masuk ke Singapura, membuat pengikut penceramah tersebut geram, dan menyerukan aksi boikot Singapura, bahkan taggar Boikot Singapura viral di sosial media Instagram.
Di kolom komentar akun instagram @Ustadzabdulsomad_Official atau UAS, ratusan komentar masuk menggemakan taggar tersebut, dan bukan hanya seruan memboikot Singapura, namun juga memboikot produk-produk Singapura.
Kekesalan pengikut instagram UAS tersebut diredamkan UAS dengan memposting ajakan untuk bersedekah, pihaknya meminta kepada pengikutnya agar mengalihkan uang belanja ke Singapura untuk wakaf membangun pesantren.
“UAS ke Singapura ingin berlibur. Akan kunjungi berbagai tempat objek wisata, akan makan, menginap, belanja, mengeluarkan dana untuk kebaikan ekonomi Singapura. Tapi Singapura ternyata tolak UAS,” tulisnya.
“Hari ini kita barangkali tidak perlu gunakan uang kita untuk belanja ke Singapura, dananya bisa dialihkan untuk berwakaf bersama UAS untuk selesaikan pembangunan pesantren,” imbuhnya.
Sebelumnya, KBRI mengirimkan nota diplomatik kepada Singapura, terkait alasan UAS ditolak masuk ke negara tetangga tersebut.
MHA atau Ministry of Home Affairs (Kementerian Dalam Negeri) Singapura memaparkan mengapa UAS ditolak masuk.
Setidaknya ada tiga poin yang dijelaskan terkait hal tersebut.
Berikut pertanyaan dari MHA Singapura terait alasan UAS ditolak masuk.
Hal itu sekaligus menjawab bahwa yang terjadi bukan deportasi, tetapi tidak diizinkan masuk ke Singapura.
Pertama, Kementerian Dalam Negeri (MHA) membenarkan bahwa ustadz Abdul Somad (Somad) tiba di Terminal Feri Tanah Merah Singapura pada 16 Mei 2022 dari Batam dengan enam pendamping perjalanan.
UAS diwawancarai, setelah itu kelompok tersebut ditolak masuk ke Singapura dan ditempatkan di feri kembali ke Batam pada hari yang sama.
Kedua, Somad dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura.
Misalnya, UAS telah mengkhotbahkan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi “syahid”.
Dia juga membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal “jin (roh/setan) kafir”.
Selain itu, UAS secara terbuka menyebut non-Muslim sebagai “kafir” (kafir).