CIREBON RAYA | CIREBON KOTA — Harga gula pasir di Kabupaten Cirebon menembus angka Rp18.750 per kilogram per Senin (6/5/2025). Harga kebutuhan pokok masyarakat ini terus melonjak pasca libur Hari Raya Idulfitri 1445 H.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, bulan lalu harga gula pasir di kabupaten tersebut hanya Rp17.000 per kilogram. Setelah Idulfitri naik ke angka Rp18.000 hingga menembus Rp18.750.
Sementara pantauan di ritel modern kawasan Sumber, Kabupaten Cirebon, tidak ditemukan adanya stok gula.
Menurut Winda Aulia, salah seorang pramuniaga menyebutkan, stok gula sudah langka sejak tiga hari terakhir dan saat ini hanya tersisa gula aren.
"Belum ada info pengiriman stok gula, di etalase juga sudah kosong. Harga terakhir yang dijual juga Rp17.000 per kilogram," kata Winda kepada Bisnis.com di Kabupaten Cirebon, Senin (6/5/2024).
Sementara di warung kelontong, gula pasir masih ditemukan. Gula pasir eceran tersebut dijual dengan harga Rp18.000 per kilogram dan Rp4.500 untuk kemasan 250 gram.
Menurut Jumadi, pemilik warung kelontong menyebutkan, gula yang disimpan saat ini merupakan stok terakhir. Sejumlah distributor langganannya pun mengabarkan kalau stok gula pasir belum tersedia.
"Untuk beberapa hari ke depan sepertinya masih aman, karena di warung kecil jarang yang membeli dalam jumlah banyak, paling ukuran seperempat," kata Jumadi.
Asosiasi Gula Indonesia (AGI) membeberkan penyebab harga gula pasir makin mahal di pasaran. Tenaga Ahli AGI, Yadi Yusriadi mengatakan kenaikan harga gula pasir saat ini dipicu oleh stok gula yang menipis. Importasi gula yang lambat diperparah oleh produksi dalam negeri yang cenderung stagnan.
Yadi menyebut produksi gula dalam negeri masih di kisaran 2,3 juta ton saat kebutuhan gula konsumsi saat ini sudah mencapai sekitar 3 juta ton. Adapun AGI memproyeksikan produksi gula pada 2024 sekitar 2,1 juta ton.
"Proyeksi tersebut lebih rendah dari pada produksi pada 2023 sebagai dampak dari El Nino yang 1 menyebabkan protas tebu turun. Harga gula yang tinggi dipicu oleh harga gula impor tinggi," kata Yadi. Kondisi pergulaan diperburuk oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang saat ini telah tembus Rp16.200.
Pelemahan nilai tukar itu juga berdampak pada biaya pengapalan gula impor. Akibatnya, biaya logistik hingga harga gula di pasar global yang tinggi menghambat laju pengadaan gula impor.
Di sisi lain, Yadi menilai bahwa langkah pemerintah merelaksasi harga acuan penjualan gula di ritel sudah tepat. Peningkatan harga acuan gula di ritel menjadi Rp17.500 per kilogram dianggap dapat mendorong kenaikan harga gula petani tahun ini di tengah risiko produktivitas yang rendah. (sumber: Bisnis)