Notification

×

Cuaca Esktrem Efek Kemunculan Siklon Tropis 91S di Samudra Hindira

Senin, Desember 09, 2024 | 09:24 WIB Last Updated 2024-12-09T02:24:59Z

CIREBON RAYA | SUKABUMI — Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab bencana alam banjir bandang, tanah longsor, dan keretakan tanah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat akibat adanya bibit siklon 95W di Laut Natuna Utara dan sirkulasi siklonik terpantau di Samudra Hindia Barat daya Banten.

"Dampaknya terjadi angin kencang kemudian disertai gelombang tinggi di laut. Nah di darat adalah meningkatnya curah hujan yang intensitasnya lebat hingga sangat lebat disertai angin kencang dan petir," kata Dwikorita pada saat Rapat Koordinasi Penanganan Banjir Bandang di Pendopo Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kemarin.

Lebih lanjut, kondisi tersebut mengakibatkan pembentukan pola belokan angin dan pertemuan angin di wilayah Jawa Barat. Di sisi lain, gelombang kelvin aktif di perairan barat Pulau Jawa turut berperan meningkatkan pembentukan awan.

Sehingga berdasarkan analisis BMKG pada saat kejadian, terpantau pertumbuhan awan di wilayah Kabupaten Sukabumi yang membuat hujan dengan intensitas sedang hingga lebat sejak dini hari hingga siang.

Di sisi lain, BMKG juga telah mendeteksi kemunculan bibit siklon tropis 91S di Samudra Hindira, sebelah barat daya Banten yang diperkirakan akan memberikan dampak terhadap kondisi cuaca dan gelombang laut di Sebagian wilayah Indonesia dalam satu hingga tiga hari ke depan yakni 6-8 Desember 2024.

Dampak dari keberadaan bibit Siklon Tropis 91S diperkirakan meliputi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di wilayah Lampung, Banten, Jawa Barat, dan Jabodetabek. Sementara itu di wilayah perairan selatan Selat Sunda, dampak angin kencang dapat mencapai kisaran 15-25 knot (27-46 km/jam).

Selain itu, kata dia, gelombang laut setinggi 1,25 hingga 2,5 meter diprediksi terjadi di kawasan Samudra Hindia, khususnya di selatan Bali hingga Nusa Tenggara Timur. Gelombang yang lebih tinggi, dengan ketinggian antara 2,5 hingga 4,0 meter, berpotensi terjadi di perairan Bengkulu - Enggano, Perairan Barat Lampung, Samudra Hindia barat Bengkulu - Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan Selatan Banten, Perairan Garut - Pangandaran, hingga Samudra Hindia di barat daya Banten dan selatan Jawa Tengah.

Pada lapisan atmosfer yang lebih tinggi, 3000 kaki (sekitar 900-an meter), lanjut Dwikorita, kecepatan angin diperkirakan dapat mencapai hingga 35 knot (65 km/jam), kondisi ini menunjukkan potensi cuaca signifikan di wilayah sekitarnya.

"Bibit siklon 91S ini posisinya lebih dekat sehingga terus terang kami mengkhawatirkan itu, makanya kami cek di lapangan. Biasanya yang terdampak duluan di Pelabuhan Ratu meningkatnya gelombang dan anginnya lebih kencang," ujarnya.

Retakan Tanah di Sukabumi

Selain menghadiri rapat koordinasi, BMKG turut meninjau lokasi terdampak bencana di Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Dari hasil tinjauan, BMKG mendapati terjadinya fenomena retakan tanah di pemukiman warga setempat yang cukup parah sehingga menyebabkan masyarakat harus mengungsi.

Menurut Dwikorita retakan tanah yang terjadi akibat hujan lebat yang menyebabkan longsor. Pun, berdasarkan data BMKG, dalam 10 hari terakhir terjadi gempa bumi di wilayah Jawa Barat dengan magnitude lemah dan tidak sampai dirasakan masyarakat.

"Karena gempanya dapat menggoyang tebing dan ketika diguyur hujan maka dampak lanjutannya akan jadi lebih mudah longsor," jelas Dwikorita. "

Sehingga, setelah longsor terjadi maka materialnya akan menutup Lembah-lembah Sungai dan membendung air hujan. Namun Ketika hujan terjadi terus menerus dengan intensitas lebat maka bendungan tidak akan kuat menahan dan akhirnya jebol sehingga menjadi banjir bandang.

"Potensi longsor dan banjir bandang masih dapat terjadi selama bulan-bulan ini--di mana puncak musim hujan di Jawa Barat itu Desember di bagian Selatan dan Januari di bagian utara sehingga mohon diwaspadai," pungkasnya.

Sementara itu, banjir bandang serta tanah longsor melanda sejumlah wilayah di Sukabumi, Jawa Barat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat setidaknya ada 10 jembatan putus akibat peristiwa itu.

Dalam keterangan BNPB, beberapa daerah sempat terisolir akibat akses jalan tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Salah satu wilayah yang sempat terisolir adalah Kecamatan Simpenan.

Jembatan yang menjadi penghubung aktivitas warga, kini rusak diterjang material yang terbawa saat banjir.

Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Lukmansyah saat berkunjung ke lokasi, mengatakan akan menyiapkan jembatan darurat.

"Kami akan mempelajari kira-kira jembatan mana saja yang rusak dan harus dibangun untuk kita bisa menolong di lokasi lain," Ujar Lukmansyah. (BMKG/red)